DIRECT IGNITION SYSTEM (DIS)
(Tipe sistem pengapian)
Sistem pengapian direct ignition system dari pendistribusian tegangan tinggi dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Tipe independent ignition
Pada model ini setiap silinder dinyalakan oleh satu koil pengapian.
Tegangan tinggi dibangkitkan dalam rangkaian sekunder dan digunakan secara langsung untuk busi. proses pengapian makin akurat, Ruang bakar
makin bersih dari tumpukan karbon karena pembakaran makin sempurna. Pada tipe independent ignition dapat mengurangi energi yang hilang pada area tegangan tinggi dan meningkatkan kemampuan pengapian. Pada saat
yang sama, ia dapat meminimalisir gangguan elektromagnetik karena titiktitik kontak tidak lagi digunakan pada area tegangan tinggi. Kontrol waktu pengapian dilakukan melalui penggunaan ESA (Electronic Spark Advance) (Suharyadi: 2014: 68).
Mesin ECU (Electronic Control Unit), yang menerima sinyal dari beragam sensor, menghitung waktu pengapian dan mengirimkan sinyal pengapian ke igniter. Waktu pengapian dihitung secara terus menerus sesuai dengan kondisi mesin. Dibandingkan kontrol mekanik waktu pengapian pada sistemkonvensional, metode kontrol dengan ESA memberikan presisi yang lebih baik, dan kebebasan untuk menetapkan waktu pengapian. Hasilnya, sistem ini memberikan konsumsi bahan bakar dan daya output yang lebih baik (Suharyadi:2014:68).
2. Tipe simultaneus ignition
Pada sistem ini distribusi tegangan tingginya ke dua silinder dengan satu koil pengapian. pada saat silinder ke satu dan ke empat diberi pengapian dalam waktu yang bersamaan, maka pada saat silinder pertama berada di posisi TDC, loncatan bunga api busi terjadi pada silinder pertama, sementara busi ke empat membuat kesalalahan pelepasan (discharging) karena busi ke empat berada dalam langkah buang (Sutiman:2011: 68).
Untuk mengatur waktu pengapian, komputer menerima sinyal dari bermacam sensor mengenai kondisi kemudian membandingkannya dan dengan data acuan yang ada pada komputer untuk membuat waktu pengapian yang pas. Setelah itu, mengirim hasilnya ke kedua power transistor. arus primer yang mengalir ke kedua koil pengapian diputus. Tegangan tinggi yang di induksikan ke second coil dari arus yang diputus disalurkan ke dengan urutan pengapian 1(4)-3(2)-4(1)-2(3) untuk membakar campuran bahan bakar udara di dalam silinder (nomor dalam tanda kurung adalah silinder yang diberi pengapian secara serentak). Ketika silinder pertama berada di posisi langkah kompresi, silinder ke empat berada di posisi langkah buang, dan sebaliknya apabila silinder ke empat berada di posisi langkah kompresi, maka silinder pertama akan berada di langkah buang (suharyadi:2014:75).
D. Koil pengapian di satukan dengan igniter
Alat pengapian ini terdiri dari igniter dan koil pengapian yang disatukan menjadi satu unit. Koil pengapian dapat langsung dihubungkan ke busi setiap silinder dengan menggunakan koil pengapian yang disatukan dengan igniter.
Jarak antara aliran tegangan tinggi menjadi pendek dengan menghubungkan
koil pengapian dan busi secara langsung, menyebabkan kehilangan tegangan dan gangguan elektromagnetik berkurang (Suharyadi: 2014: 70).
Berikut ini adalah pengoperasian menggunakan koil pengapian yang bersatu dengan igniter :
1. ECU mesin menerima sinyal dari berbagai
sensor dan menghitung waktu pengapian secara optimal. (ECU mesin juga mempengaruhi kontrol waktu maju).
2. ECU mesin mengirimkan sinyal IGT ke koil pengapian yang bersatu dengan igniter. Sinyal IGT dikirimkan ke setiap igniter sesuai dengan urutan pengapian (1-3-4-2).
(Tipe sistem pengapian)
Sistem pengapian direct ignition system dari pendistribusian tegangan tinggi dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Tipe independent ignition
Pada model ini setiap silinder dinyalakan oleh satu koil pengapian.
Tegangan tinggi dibangkitkan dalam rangkaian sekunder dan digunakan secara langsung untuk busi. proses pengapian makin akurat, Ruang bakar
makin bersih dari tumpukan karbon karena pembakaran makin sempurna. Pada tipe independent ignition dapat mengurangi energi yang hilang pada area tegangan tinggi dan meningkatkan kemampuan pengapian. Pada saat
yang sama, ia dapat meminimalisir gangguan elektromagnetik karena titiktitik kontak tidak lagi digunakan pada area tegangan tinggi. Kontrol waktu pengapian dilakukan melalui penggunaan ESA (Electronic Spark Advance) (Suharyadi: 2014: 68).
Mesin ECU (Electronic Control Unit), yang menerima sinyal dari beragam sensor, menghitung waktu pengapian dan mengirimkan sinyal pengapian ke igniter. Waktu pengapian dihitung secara terus menerus sesuai dengan kondisi mesin. Dibandingkan kontrol mekanik waktu pengapian pada sistemkonvensional, metode kontrol dengan ESA memberikan presisi yang lebih baik, dan kebebasan untuk menetapkan waktu pengapian. Hasilnya, sistem ini memberikan konsumsi bahan bakar dan daya output yang lebih baik (Suharyadi:2014:68).
2. Tipe simultaneus ignition
Pada sistem ini distribusi tegangan tingginya ke dua silinder dengan satu koil pengapian. pada saat silinder ke satu dan ke empat diberi pengapian dalam waktu yang bersamaan, maka pada saat silinder pertama berada di posisi TDC, loncatan bunga api busi terjadi pada silinder pertama, sementara busi ke empat membuat kesalalahan pelepasan (discharging) karena busi ke empat berada dalam langkah buang (Sutiman:2011: 68).
Untuk mengatur waktu pengapian, komputer menerima sinyal dari bermacam sensor mengenai kondisi kemudian membandingkannya dan dengan data acuan yang ada pada komputer untuk membuat waktu pengapian yang pas. Setelah itu, mengirim hasilnya ke kedua power transistor. arus primer yang mengalir ke kedua koil pengapian diputus. Tegangan tinggi yang di induksikan ke second coil dari arus yang diputus disalurkan ke dengan urutan pengapian 1(4)-3(2)-4(1)-2(3) untuk membakar campuran bahan bakar udara di dalam silinder (nomor dalam tanda kurung adalah silinder yang diberi pengapian secara serentak). Ketika silinder pertama berada di posisi langkah kompresi, silinder ke empat berada di posisi langkah buang, dan sebaliknya apabila silinder ke empat berada di posisi langkah kompresi, maka silinder pertama akan berada di langkah buang (suharyadi:2014:75).
D. Koil pengapian di satukan dengan igniter
Alat pengapian ini terdiri dari igniter dan koil pengapian yang disatukan menjadi satu unit. Koil pengapian dapat langsung dihubungkan ke busi setiap silinder dengan menggunakan koil pengapian yang disatukan dengan igniter.
Jarak antara aliran tegangan tinggi menjadi pendek dengan menghubungkan
koil pengapian dan busi secara langsung, menyebabkan kehilangan tegangan dan gangguan elektromagnetik berkurang (Suharyadi: 2014: 70).
Berikut ini adalah pengoperasian menggunakan koil pengapian yang bersatu dengan igniter :
1. ECU mesin menerima sinyal dari berbagai
sensor dan menghitung waktu pengapian secara optimal. (ECU mesin juga mempengaruhi kontrol waktu maju).
2. ECU mesin mengirimkan sinyal IGT ke koil pengapian yang bersatu dengan igniter. Sinyal IGT dikirimkan ke setiap igniter sesuai dengan urutan pengapian (1-3-4-2).
Komentar
Posting Komentar